Fridtjof Nansen (/ˈfrɪd.tjɒf ˈnænsən/ FRID-choff NAN-sən; lahir 10 Oktober 1861 – meninggal 13 Mei 1930 pada umur 68 tahun) adalah seorang penjelajah, ilmuwan, diplomat, humanitarian dan penerima Nobel Perdamaian Norwegia. Pada masa mudanya, ia menjadi juara lomba ski dan selancar es. Ia memimpin tim yang membuat perlintasan pertama bagian dalam Greenland pada 1888, menjadikan pulau tersebut tempat ski lintas negara. Ia meraih ketenaran mancanegara setelah mencapai rekor ketinggian utara 86°14′ dalam ekspedisi Kutub Utara pada tahun 1893–96. Meskipun ia pensiun dari penjelajahan setelah ia pulang ke Norwegia, teknik perjalanan kutubnya dan inovasinya dalam peralatan dan busana mempengaruhi generasi penjelajahan Arktik dan Antartika pada masa selanjutnya.
Nansen belajar zoologi di Universitas Kerajaan Frederick di Christiania (berganti nama menjadi Oslo pada 1925), dan kemudian bekerja sebagai kurator di Museum Bergen dimana penelitiannya tentang sistem tekanan pusat pada makhluk-makhluk laut dalam membuatnya meraih gelar dokerandes dan membantu pendirian teori-teori neurologi modern. Setelah tahun 1896, peminatan saintifik utamanya beralih ke oseanografi; dalam rangka risetnya, ia membuat beberapa penjajap saintifik, utamanya di Atlantik Utara, dan berjasa atas pengembangan peralatan oseanografi modern. Sebagai salah satu warga utama di negaranya, pada 1905 Nansen menyerukan agar penyatuan antara Swedia dan Norwegia diakhiri, dan tokoh penting dalam mendorong Pangeran Carl dari Denmark untuk menerima tahta dari Norwegia yang baru merdeka. Antara 1906 dan 1908, ia menjabat sebagai perwakilan Norwegia di London, dimana ia membantu negosiasi Traktat Integritas yang memandu status kemerdekaan Norwegia.
Pada dekade akhir hidupnya, Nansen utamanya mencurahkan dirinya pada Liga Bangsa-Bangsa, setelah ia diangkat menjadi Komisioner Tinggi Liga untuk Pengungsi pada 1921. Pada 1922, ia dianugerahi Nobel Perdamaian atas karyanya menengahi para korban terusir dari Perang Dunia Pertama dan konflik-konflik terkait. Salah satu inisiatif yang ia perkenalkan adalah "paspor Nansen" bagi orang-orang tak bernegara, sebuah sertifikat yang diakui oleh lebih dari 50 negara. Ia bekerja menengahi para pengungsi sampai ia wafat mendadak pada 1930, setelah Liga mendirikan Jawatan Internasional Nansen untuk Pengungsi dengan tujuan melanjutkan karyanya. Jawatan tersebut meraih Nobel Perdamaian pada 1938. Nansen dihormati oleh beberapa negara, dan namanya dikenang dalam sejumlah fitur geografi, terutama di kawasan-kawasan kutub.
Fridtjof Nansen (/ˈfrɪd.tʃɒf ˈnænsən/ FRID-choff NAN-sən; 10 October 1861 – 13 May 1930) was a Norwegian explorer, scientist, diplomat, humanitarian and Nobel Peace Prize laureate. In his youth he was a champion skier and ice skater. He led the team that made the first crossing of the Greenland interior in 1888, traversing the island on cross-country skis. He won international fame after reaching a record northern latitude of 86°14′ during his North Pole expedition of 1893–96. Although he retired from exploration after his return to Norway, his techniques of polar travel and his innovations in equipment and clothing influenced a generation of subsequent Arctic and Antarctic expeditions.
Nansen studied zoology at the Royal Frederick University in Christiania (renamed Oslo in 1925), and later worked as a curator at the Bergen Museum where his research on the central nervous system of lower marine creatures earned him a doctorate and helped establish modern theories of neurology. After 1896 his main scientific interest switched to oceanography; in the course of his research he made many scientific cruises, mainly in the North Atlantic, and contributed to the development of modern oceanographic equipment. As one of his country's leading citizens, in 1905 Nansen spoke out for the ending of Norway's union with Sweden, and was instrumental in persuading Prince Carl of Denmark to accept the throne of the newly independent Norway. Between 1906 and 1908 he served as the Norwegian representative in London, where he helped negotiate the Integrity Treaty that guaranteed Norway's independent status.
In the final decade of his life, Nansen devoted himself primarily to the League of Nations, following his appointment in 1921 as the League's High Commissioner for Refugees. In 1922 he was awarded the Nobel Peace Prize for his work on behalf of the displaced victims of the First World War and related conflicts. Among the initiatives he introduced was the "Nansen passport" for stateless persons, a certificate recognised by more than 50 countries. He worked on behalf of refugees until his sudden death in 1930, after which the League established the Nansen International Office for Refugees to ensure that his work continued. This office received the Nobel Peace Prize for 1938. His name is commemorated in numerous geographical features, particularly in the polar regions.
Biodata Leena Thailand - Peserta AKSI Asia 2024
-
Leena adalah peserta Akademi Sahur AKSI Asia 2024 Indosiar dari Thailand.
Leena merupakan putri dari orang tua ayah M Soleh Mamu dan ibu Phatiyah
Yusoh. Le...