
Susi Susanti menikah dengan Alan Budikusuma pada tahun 1997 setelah berpacaran selama 9 tahun. Pasangan ini juga dijuluki "Pasangan Emas Olimpiade" karena keduanya meraih emas olimpiade untuk Indonesia pada Olimpiade Barcelona 1992. Susi Susanti memutuskan untuk gantung raket pada tahun 1998. Sebenarnya Susi masih bisa melanjutkan kariernya selama 2 tahun ke depan dan Susi sangat ingin mendapatkan emas pada Asian Games, karena itu adalah satu-satunya pertandingan yang belum pernah Susi menangkan. Namun, setelah ia dinyatakan hamil pada tahun 1998, ia memutuskan untuk gantung raket dan tidak mengikuti Asian Games.
Alan Budikusuma Wiratama alias Goei Ren Fang (Dalam aksara Tionghoa: 魏仁芳), (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 29 Maret 1968; umur 48 tahun) adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia yang meraih medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona 1992 dalam nomor tunggal putra. Ia pensiun dari dunia bulu tangkis setelah Olimpiade Atlanta 1996. Alan menikah dengan Susi Susanti, yang juga memenangkan medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona. Alan Budi Kusuma adalah atlet yang bisa belajar dari kekalahan. Contohnya tahun 1991 Alan Budi Kusuma kalah dari Ardy B. Wiranata di All England. Tetapi pada tahun 1992 Alan Budi kusuma mengalahkan Ardy B. Wiranata di Olimpiade Barcelona. Contoh lain pada tahun 1996 Alan Kalah dari Poul Erick H.L di Olimpiade Atlanta tapi pada tahun yang sama Alan Budi kusuma mengalahkan Poul Erik di Indonesia Open.

Alan Budikusuma (born March 29, 1968 as Goei Djien Phang; Chinese: 魏仁芳) is a former Chinese Indonesian badminton player who excelled at the world level from the late 1980s to the mid-1990s. In 1991 he was runner-up to China's Zhao Jianhua at the IBF World Championships in Copenhagen. He won the 1992 Olympic men's singles gold medal at Barcelona, defeating fellow countryman Ardy Wiranata in the final. This achievement, together with a gold medal for his then fiance Susi Susanti, was historical for Indonesia winning the first Olympic golden medals in 50 years history of the country. Some estimated a crowd of at least 500,000; others estimated more than a million Indonesians were lining the streets of the massive, sprawling city of Jakarta when Susi Susanti and Alan Budikusuma came home in August 1992 and received a two-hour parade.
They stood in an open car with leis and Olympic gold medals around their necks and inched toward the national monument in Merdeka square, on Sudirman, the main street, they could hardly move; it was jammed with people all shouting congratulations to the new badminton hero's. Among his titles, all in singles, are the Thailand Open (1989, 1991), China Open (1991), German Open (1992), Indonesian Open (1993), World Cup (1993), and Malaysian Open(1995). Budikusuma was a member of world champion Indonesian Thomas Cup teams in 1994.