Biografi Gerald Ford - Presiden Amerika Serikat

Biografi Gerald Ford - Presiden Amerika SerikatGerald Rudolph Ford, Jr. (terlahir Leslie Lynch King, Jr, lahir di Omaha, Nebraska, 14 Juli 1913 – meninggal di Rancho Mirage, California, 26 Desember 2006 pada umur 93 tahun) adalah Presiden Amerika Serikat ke-38 (1974-1977) dan Wakil Presiden Amerika Serikat ke-40 (1973-1974). Ia menggantikan Presiden Nixon yang mengundurkan diri karena Watergate. Ford adalah wakil presiden pertama di bawah Amendemen 25. Ford berasal dari partai Republik. Karena sebelumnya ia adalah wakil presiden, maka tidak ada wakil presiden dalam periode jabatan kepresidenannya. Ia kemudian didampingi oleh Nelson Rockefeller sebagai wakil presiden.

Pada waktu Presiden Nixon mengundurkan diri sebagai Presiden pada 9 Agustus 1974, Ford diambil sumpahnya sebagai Presiden Amerika Serikat. Kepresidenan Ford diawali dengan kontroversi ketika ia memberikan pengampunan penuh kepada mantan Presiden Richard Nixon pada tanggal 8 September 1974 atas seluruh kesalahan dan keterlibatannya dalam Skandal Watergate. Pengampunan kepada Nixon dilakukan oleh Ford karena ia merasa bahwa Amerika akan terus berfokus pada Watergate dan meninggalkan kepentingan publik lainnya. Popularitas Ford terus menurun hingga akhir kepresidenannya. Tahun-tahun Ford sebagai Presiden, rakyat Amerika Serikat merasakan inflasi tinggi yang menyebabkan lesunya ekonomi. Dalam urusan luar negeri, Ford telah banyak berusaha melakukan usaha-usaha diplomatik seperti ditandatanganinya SALT (Strategic Arms Limitation Treaty) dengan Uni Soviet di mana SALT merupakan lanjutan dari hasil kerja Nixon. Ford juga gagal menyelamatkan Vietnam Selatan (sekutu AS) dari serangan Vietnam Utara (komunis) yang menyebabkan kejatuhan Vietnam Selatan ke tangan Utara dan ini mengakhiri 20 tahun konflik antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Ford meminta izin Kongres AS untuk mengirim pasukan ke Vietnam untuk mengalahkan komunis, tetap Kongres menolak.

Ford juga menyetujui tindakan Presiden Indonesia, Soeharto untuk menginvasi Timor Timur pada tahun 1975 dengan pertimbangan karena dukungan Soeharto pada AS dan tidak ingin agar Timor Timur tidak jatuh ke tangan komunis seperti yang telah terjadi di Vietnam dan agar AS memiliki sekutu di Asia Tenggara setelah kehilangan Vietnam Selatan. Walaupun kepresidenannya dihantui oleh sejumlah kegagalan, Ford telah mendukung Komite Church, yang dipimpin oleh Senator Frank Church untuk menyelidiki tindakan ilegal yang pernah dilakukan oleh CIA. Kebijakan ekonomi Ford di bidang ekonomi adalah dengan program WIN (Whip Inflation Now) yang dikenal telah menjaga ekonomi tidak jatuh lebih dalam lagi meskipun tidak membawa banyak. Ford adalah Presiden yang dikenal berkharisma dan baik kepada para lawannya, sangat berbeda dengan pendahulunya yang suka bermain kasar dan membenci musuh-musuhnya. Selama kepresidenannya, Ford selalu berusaha membuka Gedung Putih untuk mengakhiri citra yang menyeramkan di bawah Richard Nixon. Ford telah dianggap baik oleh sejumlah sejarawan terutama membuka jalan transisi setelah kasus Nixon.

Dalam Pemilihan Presiden AS 1976, Skandal Watergate masih segar di pikiran masyarakat dan Partai Republik kurang populer, ditandai dengan kekalahan Republik di pemilihan-pemilihan Gubernur, Senator, atau Anggota DPR bahkan pemerintah lokal. Ford berhasil memenangkan nominasi Republik untuk melawan kandidat Demokrat, mantan Gubernur Georgia, Jimmy Carter yang dikenal sebagai "outsider" atau "orang luar Washington", yang membawa semangat dan citra bersih di tengah kotornya orang-orang Washington. Ford kalah dalam pemilu dengan memperoleh 48% suara rakyat dan 240 electoral votes (suara perwakilan). Ford pensiun dari politik setelah kepresidenannya resmi berakhir pada 20 Januari 1977.


Gerald Rudolph Ford Jr. (born Leslie Lynch King Jr.; July 14, 1913 – December 26, 2006) was an American politician who served as the 38th President of the United States from 1974 to 1977. Prior to this he was the 40th Vice President of the United States, serving from 1973 until President Richard Nixon's resignation in 1974. He was the first person appointed to the vice presidency under the terms of the 25th Amendment, following the resignation of Vice President Spiro Agnew on October 10, 1973. Becoming president upon Richard Nixon's departure on August 9, 1974, he claimed the distinction as the first and to date the only person to have served as both Vice President and President of the United States without being elected to either office. Before ascending to the vice presidency, Ford served 25 years as Representative from Michigan's 5th congressional district, the final 9 of them as the House Minority Leader.

As President, Ford signed the Helsinki Accords, marking a move toward détente in the Cold War. With the conquest of South Vietnam by North Vietnam nine months into his presidency, U.S. involvement in Vietnam essentially ended. Domestically, Ford presided over the worst economy in the four decades since the Great Depression, with growing inflation and a recession during his tenure.[1] One of his more controversial acts was to grant a presidential pardon to President Richard Nixon for his role in the Watergate scandal. During Ford's presidency, foreign policy was characterized in procedural terms by the increased role Congress began to play, and by the corresponding curb on the powers of the President.[2] In the GOP presidential primary campaign of 1976, Ford defeated former California Governor Ronald Reagan for the Republican nomination. He narrowly lost the presidential election to the Democratic challenger, former Georgia Governor Jimmy Carter, on November 2.

Following his years as President, Ford remained active in the Republican Party. After experiencing health problems, he died in his home on December 26, 2006. Ford lived longer than any other U.S. president, 93 years and 165 days, while his 895-day presidency remains the shortest term of all presidents who did not die in office. As of 2016, he is also the most recent former president to die.