
Ia dikenal oleh dunia barat karena sifatnya yang sering membantu keuangan jaringan televisi Al Jazeera. Time menyebutnya sebagai bidan kelahiran Al-Jazeera. Pada pertengahan 1990-an, saat siaran BBC World dalam bahasa Arab yang didanai sejumlah investor di Arab Saudi mengalami masalah sensor pemberitaan dengan pemerintah setempat. Setelah ditutupnya BBC Arab, ia memboyong sejumlah jurnalis Arab untuk menyeberang ke teluk.
Dengan dana US$ 150 juta, ia mendirikan stasiun televisi berbahasa Arab. Ia pun mendapuk sepupunya, Syekh Hamad bin Thamir al-Tsani untuk memimpin. Ia memang membutuhkan media untuk membawa angin perubahan di negerinya. Pamor Al-Jazeera kian dikenal selepas serangan 11 September 2001 dan menjadi satu-satunya media elektronik di dunia yang menyiarkan rekaman pernyataan Usamah bin Ladin. Karena itu, Hamad sering dikritik pemerintahan Amerika Serikat membantu pihak musuh ketika perang Irak dan intifada Palestina.
Walaupun demikian Syekh Hamad merupakan sekutu penting Amerika Serikat di Timur Tengah. Qatar juga disebut sebagai kampusnya universitas-universitas Amerika Serikat di Timur Tengah dalam sebuah proyek dari Yayasan Qatar yang disebut Kota Pendidikan yang dijalankan oleh istri Emir, Syaikha Muzah binti Nassir al-Missnad. Orang yang menjadi penerus dari Emir Hamad adalah Sheikh Tamim bin Hamad al-Tsani, anaknya yang keempat.
During his reign, several sports and diplomatic events took place in Qatar, including the 2006 Asian Games, 2012 UN Climate Change Conference, Doha Agreement, Fatah–Hamas Doha Agreement, and it was decided that the 2022 FIFA World Cup was to be held in the country. He established the Qatar Investment Authority; by 2013, it had invested over $100 billion around the world, most prominently in The Shard, Barclays Bank, Heathrow Airport, Harrods, Paris Saint-Germain F.C., Volkswagen, Siemens and Royal Dutch Shell.
During Hamad's rule, Qatar hosted two US military bases. It also remained close with Hamas and Iran. He supported and funded rebel movements, particularly in Libya and Syria during the Arab Spring, while maintaining political stability at home. The Sheikh founded news media group Al Jazeera, through which he maintained his influence over the Arab World. He also played a part in negotiations between the US and the Taliban. In June 2013, Hamad, in a brief televised address, announced that he would hand power to his fourth son, Tamim bin Hamad Al Thani.