Biografi Sepp Blatter Presiden FIFA Kedelapan

Biografi Sepp Blatter Presiden FIFA KedelapanJoseph "Sepp" Blatter (lahir di Visp, Valais, Swiss, 10 Maret 1936; umur 79 tahun) adalah presiden FIFA kedelapan. Ia dilantik pada 8 Juni 1998, menggantikan João Havelange (Brasil). Pada 2 Juni 2015, ia mengumumkan mengumumkan pengunduran dirinya terkait dengan kasus korupsi yang melibatkan para petinggi FIFA. Ia akan tetap menjabat sebagai presiden hingga diadakannya Kongres Luar Biasa FIFA untuk memilih penggantinya.

Lulusan Universitas Lausanne dalam bidang Administrasi dan Ekonomi (Fakultas Hukum), Blatter pernah bekerja di Badan Pariwisata Valais, Federasi Hoki Es Swiss, dan Longines S.A.. Ia mulai bekerja di FIFA pada tahun 1975, sebagai Direktur Teknis (1975-81), Sekretaris Umum (1981-98), dan kemudian Presiden (sejak 1998). Ia terpilih kembali sebagai presiden pada tahun 2002 (mengalahkan Issa Hayatou) dan sekali lagi pada tahun 2007.

Antara kebijakan yang dibuatnya sebagai Presiden FIFA adalah diperkenalkannya sistem gol perak untuk menggantikan gol emas (sejak Euro 2004; sistem ini kemudian dihentikan bersama dengan gol emas sehingga semua pertandingan kini memainkan babak tambahan penuh); ditiadakannya kualifikasi otomoatis bagi juara Piala Dunia FIFA bertahan setelah Piala Dunia FIFA 2002; berbagai perubahan terkait standar moral, misalnya pemberian kartu kuning bagi pemain yang membuka bajunya setelah merayakan pencetakan gol. Blatter mampu berbahasa Jerman, Perancis, Inggris, Spanyol, dan Italia.


Joseph S. "Sepp" Blatter (born 10 March 1936) is a Swiss football administrator who has served as the eighth president of FIFA (the Fédération Internationale de Football Association) since June 1998. From a background in business, public relations, and Swiss and international sports administration, Blatter became general secretary of FIFA in 1981 and served in that role until he was elected president at the 51st FIFA Congress on 8 June 1998, succeeding João Havelange, who had headed the organization since 1974. Blatter was re-elected in 2002, 2007, 2011, and 2015.

Like his presidential predecessor Havelange, Blatter sought to increase the influence of African and Asian countries in world football through the expansion of participating teams in various FIFA tournaments, yet has persistently been dogged by claims of corruption and financial mismanagement. Blatter's reign has overseen a vast expansion in revenues generated by the FIFA World Cup accompanied by the collapse of the marketing company International Sport and Leisure and numerous allegations of corruption in the bidding processes for the awarding of FIFA tournaments.

On 2 June 2015, six days after the United States government indicted several current and former FIFA officials and sports marketing companies for bribery and money laundering, Blatter announced that he would resign as president of FIFA and would remain in his position until an extraordinary FIFA Congress could be held for his successor to be elected.